lah kok bisa??
Kalau menunggu untuk ikhlas, bisa-bisa kita malah tidak bersedekah sama
sekali. Justru karena belum bisa ikhlas, ya sering-seringlah sedekah.
Belum ikhlas karena belum terbiasa dan masih perhitungan biasanya. Yang
dipake tentu saja otak logika, padahal Tuhan kalau memberi nikmat ngga
hitung-hitungan. Yang disedekahkan dikit aja baliknya bisa banyak,
apalagi kalau sedekahnya banyak.
Kalau mau dianalogikan sama saja dengan shalat. Kita diperintahkan untuk khusyu dalam melaksanakan ibadah shalat. Lantas, kalau belum bisa khusyu apa terus tidak shalat? Tentu tidak toh. Malah kalau bisa rajin shalatnya sambil berusaha khusyu. Sama saja dengan sedekah atau ibadah-badah yang lainnya. Kalau menunggu ikhlas dulu, bisa-bisa keburu dijemput sama Izrail sementara belum banyak amal ibadah yang dilakukan.
Bicara soal ikhlas tidak akan ada habisnya. Belajar ikhlas rasanya seumur hidup.
Tapi ya gitu, sebelum rasa ikhlas itu datang jangan mengurangi porsi ibadah. Kalau bisa ditingkatkan. Barangkali dengan jalan seperti itu keikhlasan bisa datang. Selebihnya silahkan belajar tentang ikhlas, khususnya dalam hal sedekah, pada Pecinta Sedekah. Slogan “Makin Banyak Memberi, Makin Banyak Menerima” itu bukan bualan belaka. Itu nyata!
Kalau mau dianalogikan sama saja dengan shalat. Kita diperintahkan untuk khusyu dalam melaksanakan ibadah shalat. Lantas, kalau belum bisa khusyu apa terus tidak shalat? Tentu tidak toh. Malah kalau bisa rajin shalatnya sambil berusaha khusyu. Sama saja dengan sedekah atau ibadah-badah yang lainnya. Kalau menunggu ikhlas dulu, bisa-bisa keburu dijemput sama Izrail sementara belum banyak amal ibadah yang dilakukan.
Bicara soal ikhlas tidak akan ada habisnya. Belajar ikhlas rasanya seumur hidup.
Tapi ya gitu, sebelum rasa ikhlas itu datang jangan mengurangi porsi ibadah. Kalau bisa ditingkatkan. Barangkali dengan jalan seperti itu keikhlasan bisa datang. Selebihnya silahkan belajar tentang ikhlas, khususnya dalam hal sedekah, pada Pecinta Sedekah. Slogan “Makin Banyak Memberi, Makin Banyak Menerima” itu bukan bualan belaka. Itu nyata!
0 komentar:
Posting Komentar