Dari
‘Addi ibn Hatim dari Nabi saw bersabda: “Barang siapa yang dapat
melindungi dirinya dari api neraka, hendaklah ia bersedekah sekalipun
hanya dengan sebutir korma. Kalau itu pun tidak ada, maka dengan
kata-kata yang baik. (HR. Ahmad)
Hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad (Shahih Muslim, Jilid I, h. 406)
ini menjelaskan akan pentingnya bersedekah kepada orang lain. Saking
pentingnya sedekah itu dilakukan sampai-sampai Nabi Muhammad saw.
menekankan bahwa jika sebutir korma pun kita tidak memilikinya, maka
bersedakahlah dengan kata-kata yang baik.
Itulah
sebabnya, mengapa Nabi begitu ketat menghindari kesenangan duniawi.
Kuatnya keinginan Nabi menghindari kehidupan materi sama kuat dengan
usahanya mengetahui segala rahasia di balik kehidupan materi
tersebut.
Jika
semua umat muslim mampu mengamalkan hadits di atas tentu problem
kemiskinan dan pertikaian antar kelompok yang kerap terjadi di negeri
ini dapat dieliminir.
Betapa
tidak, kemiskinan tak akan menjadi problem berat jika penduduk di
negeri ini, khususnya umat Islam secara sadar dan ikhlas mampu
menyisihkan hartanya untuk orang lain yang membutuhkan. Kaya dan
miskin adalah fakta social yang tidak terhindarkan. Tetapi, sejauh
mana kita mampu menjembatani jurang antara keduanya?
Sedekah
adalah salah satunya. Pun dalam anjuran Rasulullah saw. dalam hal ini
tak harus banyak dalam artian memberatkan sang empunya harta. Nabi
bahkan mengatakan dengan sebutit korma pun bisa dilakukan. Ini
menunjukkan betapa pentingnya sedekah itu dilakukan.
Paling
tidak ada tiga hikmah yang dapat kita petik dari amal sedekah ini.
Pertama, dengan bersedekah berarti kita telah melaksanakan kewajiban
atas harta yang kita miliki. Dengan sedejkah pula kita urut
meringankan beban yang dipikul oleh orang lain yang membutuhkan.
Di
negeri ini banyak penduduk yang mengalami kelaparan hingga berbuntut
busung lapar. Ini terjadi karena distribusi ekonomi yang tidak
merata. Sedekah adalah merupakan media pendistribusian ekonomi dalam
Islam yang memungkinkan peredaran harta kekayaan itu mampu memenugi
kebutuhan masyarakat.
Kedua,
dengan bersedekah berarti kita telah menjaga ukhuwah Islamiyah di
antara umat Islam itu sendiri. Dengan bersedekah berarti jalinan tali
kasih di antara umat Islam terjalin dengan nyata melalui amal yang
nyata pula. Tidak hanya retorika, tetapi mewujud melalui pemberian
sebagian harta yang kita miliki kepada orang lain.
Ketiga,
bersedekah tak mesti dengan harta. Nabi, sebagaimana dijelaskan dalam
hadits di atas, jika kita tak mampu bersedekah dengan harta, dengan
kata-kata yang baik pun merupakan sedekah.
Betapa mulianya
ajaran ini. Kata-kata pun dapat kita jadikan sedekah yang bermanfaat
bagi diri sendiri dan orang lain. bagi diri sendiri akan terasa
damai, tentram dan tenag jika kita senantiasa berkata dengan baik.
Tidak menyindir orang lain. tidak melukai orang lain. Dengan begitu
insya-Allah kita tak akan pernah mempunyai musuh oleh karena
kata-kata yang kita ucapkan.
Dalam konteks
keindonesiaan, kata-kata yang baik ini pun terasa makin langka,
terutama di dunia politik kita. Sudah jarang kita mendengar ungkapan
menyejukkan dari para pimpinan kita. Makin jarang pula kita melihat
di antara elit politik tidak menyerang satu dengan yang lain dengan
kata-kata yang enak didengar.
Oleh karenanya
hadits di atas hendak mengingatkan kita untuk senantiasa memperbaiki
diri dengan bersedekah, meski hanya dengan kata-kata yang baik.
Apalagi oleh Nabi Muhammad saw., hal ini merupakan upaya untuk
terhindar dari sisksa api neraka.
0 komentar:
Posting Komentar